Thursday, January 06, 2011

Survival-Test themed Holiday

“When water means a lot for your life and family, when you realize how much it costs to get proper water, when you regret on how much water you’ve wasted in your entire life. Well, I’ve experienced those, once.”
Wecome 2011! Satu kata pertama yang menggambarkan kesan saya terhadap tahun 2011 ini adalah "penuh". Tahun yang penuh? Ya, tahun yang akan dipenuhi oleh kerja keras. Tahun di mana saya dihadapi oleh beberapa even besar seperti UAN, UAS, High School Graduation, and finally, COLLEGE! 

Tahun baru saya biasanya identik dengan menghabiskan waktu bersama keluarga di luar kota, entah itu di puncak bersama keluarga besar, atau hanya di restoran dekat rumah. Di pergantian tahun ini, kami melewati 4 malam di luar kota untuk sekedar mengisi waktu luang liburan. Dua malam pertama, kami menginap di salah satu hotel baru di Bandung, Grand Pacific Hotel. Dua malam berikutnya pun saya lewatkan di vila kesayangan keuarga, vila Lotus, Puncak. Malam tahun baruan dengan santai-santai di vila puncak memang sudah seperti tradisi keluarga. Selain sejuk, liburan di vila puncak juga murah, irit, dan ekonomis, karena kami masih tetap bisa menyorakkan kembang api yang begitu meriahnya tanpa mengeluarkan uang sepeser pun (karena itu merupakan kembang api tetangga). Namun liburan kali ini berbeda dari sebelumnya. Why? I’ll tell you why.

Dua malam pertama di hotel Pacific bisa dibilang kurang memuaskan. Pertama, karena sejak awal kami tiba pun pelayanan hotelnya masih kaku dan terlalu “taat” peraturan. Belum apa-apa, bokap sudah dibuat marah karena hal sepele, misalnya minta handuk dan bantal kepala tambahan saja dikenakan charge, atau alasannya, habis (hotel bisa kehabisan handuk?). Malam itupun saya ga bisa tidur karena tidak ada bantal kepala dari si hotel. Yes, thanks a lot! Belum lagi sarapan pagi restorannya yang kurang variasi. Memang tidak bisa dibandingkan dengan hotel bintang 5 atau sekelasnya. Intinya, masih banyak yang harus diusahakan. Selama menginap di sana, ternyata disiarkan pula pertandingan Final AFF, Indonesia vs Malaysia, langsung dari GBK. Ah~ sayangnya, walaupun tim Garuda menang 2-1, tetap saja kalah agregat gol. Malaysia lebih unggul gara-gara pertandingan 3-0 sebelumnya :(. Namun hal baiknya, kali ini tidak ada aksi-aksi anarkis atau perang laser hijau yg menodai sportivitas suporter Indonesia. Kita kalah terhormat dan fair play tetep kita junjung. Bangga banget sama suporter Indonesia yg tertib, bahkan setelah over match pun sama sekali ga rusuh. Gitu dong, Indonesia. Kita manusia beradab!

Garuda akan tetap di dadaku!
Kali ini memang punya Malaysia, tapi tahun depan kami akan rebut :) Congratz for the winner
Jangan bersedih, Tim Garuda! Mereka juara, kalian PEMENANG!
Trending Topic twitter selama final AFF disiarkan. Mayoritas buat Garuda ya!
Sungguh pengalaman yg tak terlupakan untuk bisa mendukung tim Garuda habis-habisan kaya gini! Semoga lain kali bisa lebih baik lagi, GARUDA!
Hm, back to my holiday. Esoknya tanggal 31, kami semua hijrah ke Puncak. Berharap malam ini bakal santai sambil liat kembang api gratis tanpa bayar, milik tetangga-tetangga vila yang mayoritas berkecukupan. Namun setibanya disana, saya cuman bisa bilang dalam hati, “OMG! *speechless* Mampus, dimana gue?” Tidak, saya tidak hilang ingatan pada detik itu juga, tapi saya kehilangan kata-kata. Vila kesayangan keluarga yag biasanya menjadi tempat berlibur pribadi itu pun sudah berubah menjadi hutan belantara. Rumput di tempat parkir, taman dan perkarangan tumbuh dengan liarnya sampai setinggi orang dewasa. Pohon-pohon tumbang dan tanaman liar merambat dimana-mana. CHAOS, ya itu kata yang tepat. Benar-benar mirip rumah horor yang sudah lama ditinggal mati pemiliknya hingga bertahun-tahun. Sayang kami tidak tiba malam hari. Suasananya akan sangat mendukung jika hal itu terjadi.
Real Forest View from the backyards
Before the chaos
After the chaos (Madness)

Tangga menuju ke pintu utama. Layaknya hutan amazon

Can you find me there? No you can't.
Untungnya ada beberapa orang yang berbaik hati menawarkan bantuan ini. Siapa bilang dengan gratis? Tidak, pekerjaan berat seperti ini bukanlah pekerjaan yang akan dikerjakan seseorang tanpa bayaran. Alhasil, 350 ribu pun melayang. Belum lagi keadaan dalam vila yang penuh debu and serangga kecil. operasi semut pun diadakan secara besar-besaran. Akhirnya setelah 4 jam mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga, kekacauan mulai teratasi.


Langsung dibabat pakai lawn mower

dibuat mirip ama tetangga, ya Bang! hehe



Satu lagi orang ter"gatau diri" haha. Bisa2nya ngungsi ke vila tetangga disaat kita semua lagi berkelut dengan forest chaos ini. He's (not) my bro. *sigh

Sungguh terima kasih yang sebesar-besarnya bagi mereka yang sudah rela membantu menyelamatkan malam tahun baru ini. Kalau tidak ada mereka, kita pasti sudah tuntang-lantang balik ke Jakarta dan pastinya terjebak macet sebab hari itu adalah akhir tahun.

Sedikit bernapas lega, ternyata ada hal lain yg jadi masalah. AIR! Di vila tidak ada air yang keluar sama sekali karena menurut kantor pengelola komplek vila, kami belum bayar iuran air dari tahun 2004. What an early new year's eve joke! Alhasil, air pun harus diperjuangkan sendiri. Kami mulai kreatif dengan mengupayakan beberapa ide untuk mendapakan air, mulai dari minta tetangga, minta abang-abang tukang jagung, pakai air galon aqua, menahan pipis seharian, sampai menampung air hujan di ember besar. Rasanya benar-benar tersiksa tanpa air. Sungguh suatu pelajaran berarti yang kami alami dalam bentuk pengalaman yang tidak terlupakan. Liburan di puncak kali ini benar-benar bagaikan Survival Camp Test.

@sinjoelf

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Bird Gadget