Tuesday, March 06, 2012

Menghilang! Menghilang!

Sedetik saya berpikir untuk cepat-cepat menghilang. Sungguh suatu hari yang absurd dan memikirkannya saja sekarang masih terasa .. “lucu”.
Diawali dengan tweet seorang teman di pagi-pagi buta yang mengatakan bahwa foto muka saya yang sebesar 3x4 cm, terselip di antara deretan kata-kata dalam kolom kecil koran Kompas hari ini (6 Maret 2012). Nyawa saya masih belum terkumpul pagi itu, tapi foto yang di-tweet-kan teman saya itu cukup jelas untuk membuat saya berdiri SHOCK dari kasur. Setelah bisa berpikir jernih, oke, ternyata email yang pernah saya kirimkan ke redaksi kompas seminggu yang lalu diterima dan berhasil masuk ke kolom “Argumentasi” KompasKita. Seminggu yang lalu saya ingat betul, lagi asik-asiknya tidur-tiduran sambil membolak-balik koran. Tidak sengaja, saya baca ada kolom opini mahasiswa tentang suatu topik yang lagi dibahas saat itu. Di bagian bawahnya ada judul “Tantangan Kompas” untuk minggu depan dengan topik “Peluang Mahasiswa Indonesia di Kancah Internasional”. Bagi yang mau beropini tentang topik ini bisa kirim ke email mereka dan minggu depan siapa tahu bisa terpilih dan dimuat. Opininya sebisa mungkin mencakup tentang bagaimana pendapat kita tentang peluang mahasiswa Indonesia di kancah internasional. Apakah besar, kecil, nihil, dan apa saja bukti dari opini kita itu.

Entah ada angin apa, mungkin karena pada saat itu saya benar-benar lagi suntuk-sesuntuk suntuknya dengan liburan, saya pun iseng-iseng ikutan “beropini”. Topiknya tidak begitu susah dan caranya hanya dengan mengirimkannya lewat email saja. Tidak butuh biaya atau tenaga lebih. Anggap saja itu adalah latihan menulis essay. Toh di SMA, guru-guru di DeHa gemar sekali memberi hukuman berupa tulisan essay beribu-ribu kata, jadi saya coba-coba saja. Tidak pernah kepikiran bisa masuk dan melihat tulisan saya disitu. Saat pertama kali melihat Kompas pagi ini pun, yang saya pikirkan adalah :
  1. Salah kasih foto! Salah sekali! Itu foto 3 tahun yang lalu dan alhasil setelah dicetak, mukanya gak kelihatan mahasiswa banget! Karena di-print di koran pula, foto saya terlihat seperti foto buronan.
  2. Tunggu... Judul opini yang saya kasih tidak seperti yang terpampang di sana. Judul asli yang saya buat seharusnya “Sekarang atau Tidak Sama Sekali” tapi disunting oleh Kompas jadi “Tak Sekadar Pamer”. Bahkan saya ga tahu kalo yang kata yang baku itu ternyata “sekadar” bukan “sekedar”. Oh tidak
  3. Ketahuan gak ya kalo bagian artikel yang satu ini digunting sebelum kelihatan bokap-nyokap?
Sebenarnya semuanya damai-damai saja sampai entah kenapa saya memberi tahu salah satu teman kuliah saya. Sebenarnya awalnya hanya untuk becandaan saja, tapi ternyata itu merupakan keputusan yang TIDAK TEPAT. Karena beberapa jam setelah itu, dia pun sengaja membeli Kompas hari ini, memfoto bagian tersebut dan dengan tega menyebarkannya. Astaga. Hush... hush... Memang melihat foto sendiri walaupun dengan ukuran yang mini sekalipun rasanya sungguh aneh dan absurd, apalagi membayangkan bokap-nyokap sendiri yang setiap malam setelah pulang kantor kerjaan rutinnya yaitu membolak-balik koran harian. Sempat juga saya pikir, “wah jangan-jangan nih saking dikitnya opini yang masuk ke Kompas, opini sejelek apapun bakal masuk tanpa disaring! Suram” hahaha. Setelah membaca tulisan saya lagi (versi di Kompas tentunya), ternyata memang ada beberapa tulisan yang disunting dan dibakukan. Jadi mikir, apa editornya juga ketawa-ketawa ya melihat bahasa tuilisan Indonesia saya yang semerawut, asal, dan seenaknya ini?

Tapi meskipun begitu, rasa senang PASTI ada. “GILA! FOTO “buronan” gua nampang di koran!” Memang kata-kata itu tidak secara eksplisit keluar dari mulut, tapi sempat terbesit sedikit di dalam benak sendiri. Yang pasti setelah insiden ini, “kecelakaan” ini, atau kebetulan ini, ada “sesuatu” yang bikin saya tambah penasaran dengan menulis. Tulisan macam apa lagi ya yang kira-kira bisa saya bikin?


@sinjoelf

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Bird Gadget